HADIST-HADIST MENUNTUT ILMU
Ilmu merupakan kunci
untuk menyelesaikan segala persoalan, baik persoalan yang berhubungan dengan
kehidupan beragama maupun persoalan yang berhubungan dengan kehidupan duniawi.
Ilmu diibaratkan dengan cahaya, karena ilmu memiliki pungsi sebagai petunjuk
kehidupan manusia, pemberi cahaya bagi orang yang ada dalam kegelapan.
1. تَعَلَّمُوْاالْعِلْمَ ، فّإِنَّ تَعَلُّمُهُ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ ، وَتَعْلِيْمَهُ لِمَن ْ لاَ يَعْلَمُهُ صَدَقَةٌ ، وَإِنَّ الْعِلْمَ لَيَنْزِلُ بِصَاحِبِهِ فِى مَوْضِعِ الشَّرَفِ وَالرِّفْعَةِ ، وَالْعِلْمُ زَيْنٌ لِأَهْلِهِ فِى الدُّنْيَا وَالأَخِرَةِ . (الربيع)
“Tuntutlah
ilmu,sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah SWT, dan
mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sodaqoh.
Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya dalam kedudukan terhormat
dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan
di akhirat.” (HR. Ar-Rabii’)
Maksud Hadits di atas
bahwasanya menuntut iilmu merupakan salah satu upaya mendekatan diri kepada
Allah SWT.
2. يَا أَبَاذَرٍّ ، لَأَنْ تَغْدَوْا فَتُعَلِّمَ اَيَةً مِنْ كِتَابِ اللَّهِ خَيْرٌ لَّكَ مِنْ اَنْ تُصَلِّيَ مِائَةَ رَكْعَةٍ ، وَلَأَنْ تَغْدُوْا فَتُعَلِّمَ بَابًا مِنَ الْعِلْمِ عُمِلَ بِهِ اَوْ لَمْ يُعْمَلْ ، خَيْرٌ مِنْ اَنْ تُصَلِّيَ أَلْفَ رَكْعَةٍ . (ابن ماجة)
“Wahai Aba Dzar, kamu
pergi mengajarkan ayat dari Kitabullah telah baik bagimu dari pada shalat
(sunnah) seratus rakaat, dan pergi mengajarkan satu bab ilmu pengetahuan baik
dilaksanakan atau tidak, itu lebih baik dari pada shalat seribu rakaat.” (HR.
Ibn Majah)
Mengajarkan Ilmu
ialah hal yang mulia bagi seorang muslim, mengajarkan ilmu lebih baik dari
shalat sunnah 100-1000 rakaat.
3. تَعَلَّمُوْا الْعِلْمَ وَتَعَلَّمُوْا لِلْعِلْمِ السَّكِيْنَةَ وِالْوَقَارَ وَتَوَاضَعُوْا لِمَنْ تَعَلَّمُوْنَ مِنْهُ . (الطبرانى)
“Tuntutlah ilmu dan
belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah
hati kepada orang yang mengajar kamu.” (HR. Al-Thabrani)
Menuntut ilmu
ialah untuk kehormatan diri sendiri.
4. لاَ تَعَلَّمَوْ ا الْعِلْمَ لِتُبَاهُوْا بِهِ الْعُلَمَاءَ ، وَلاَ لِتُمَارُوْا بِهِ السُّفَهَاءَ وَلاَ تَجْتَرِثُوْابِهِ فِى الْمَجَالِسِ اَوْ لِتَصْرِفُوْا وُجُوْهَ النَّاسِ إِلَيْكُمْ ، فَمَنْ فَعَلَ ذَالِكَ فَالنَّارَ فَالنَّارَ . (الترمذى وابن ماجة)
“Janganlah kalian
menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan
di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu
untuk penampilan dalam mejelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik
perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya
neraka…neraka. (HR. Al-Tirmidzi dan Ibn Majah)
Menuntut ilmu
jangan untuk berniatan sombong atau ria kepada orang lain.
5. مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا ، سَهَّلَ اللَّهُ بِهِ طِرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ . (أبو داود)
“Barangsiapa merintis
jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR.
Muslim)
Mencari Ilmu
memudahkan jalan kita menuju surga.
6. مُجَالَسَةُ الْعُلَمَاءِ عِبَادَةٌ . (الديلمى )
“Duduk bersama para
Ulama adalah ibadah.” (HR. Al-Dailami)
Duduk bersama
ulama (mencari ilmu) sama dengan ibadah.
7. إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوْا ، قَالُوْا : يَارَسُوْلَ اللَّهِ ، وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ ؟ قَالَ : مَجَالِسُ الْعِلْمِ . (الطبرانى)
“Apabila kamu
melewati taman-taman surga, minumlah hingga puas. Para sahabat bertanya,”Ya
Rasulullah, apa yang dimaksud taman-taman surga itu?” Nabi SAW
menjawab,”majelis-majelis ta’lim.” (HR. Al-Thabrani)
Orang
berilmu(majelis ta’lim) akan merasakan taman surga.
8. مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُلْجَمًا بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ . (أبو داود)
“Barangsiapa ditanya
tentang suatu ilmu lalu dirahasiakannya maka dia akan datang pada hari kiamat
dengan kendali (di mulutnya) dari api neraka.” (HR. Abu Dawud)
Orang yang tidak
mengamalkan ilmu akan merasakan hari kiamat.
9. اَلْعَالِمُ إِذَا أَرَادَ بِعِلْمِهِ وَجْهَ اللَّهِ تَعَالَى هَابَهُ كَلُّ شَيْئٍ ، وَاِذَا اَرَادَ أَنْ يَكْنِزَ بِهِ الْكُنُوْزَ هَابَ مِنْ كُلِّ شَيْئٍ . (الديلمى)
“Seorang alim apabila
menghendaki dengan ilmunya keridhoan Allah maka ia akan ditakuti oleh
segalanya, dan jika dia bermaksud untuk menumpuk harta maka dia akan takut dari
segala sesuatu.” (HR. Al-Dailami)
Orang yang mencari
ilmu dengan mengharap ridho dari Allah maka ia akan di hormati, dan jika orang
yang mencari ilmu dengan mengharap harta yang banyak maka dia akan takut kepada
segala sesuatu.
10 . إِنِّى أَخَافُ عَلَى اُمَّتِيْ أَعْمَالاً ثَلاَثَةً : زَلَّةُ عَالِمٍ ، وَحُكْمُ جَائِرٍ ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ . ( الشهاب)
“Yang aku takuti
terhadap umatku ada tiga perbuatan, yaitu kesalahan seorang ulama, hokum yang
zalim, dan hawa nafsu yang diperturutkan.” (as-Syihaab)
11 . إِنَّ مِنْ أَشَدِّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ القِيَامَةِ عَالِمٌ لَمْ يَنْفَعْهُ اللَّهُ بِعِلْمِهِ . ( البيهقي )
“Orang yang paling
pedih siksaannya pada hari kiamat ialah seorang alim yang Allah menjadikan
ilmunya tidak bermanfaat.” (al-Baihaqy)
Jika seseorang
tidak memanfaatkan ilmu maka akan mendapat siksaan yang pedih.
12. إِذَا رَأَيْتَ الْعَالِمَ يُخَالِطُ السُلْطَانَ مُخَالَطَةً كَثِيْرَةً ، فَاعْلَمْ بِأَنَّهُ لِصٌّ . ( الديلمى )
“Apabila kamu melihat
seorang ulama bergaul erat dengan penguasa maka ketauhilah bahwa dia adalah
pencuri.” (al-Daylami)
Orang yang berilmu
untuk suatu kekuasaaan maka ia dikatakan sebagai pencuri.
13. اَلْعَالِمُ بِغَيْرِ عَمَلٍ كَالْمِصْبَاحِ يَحْرِقُ نَفْسَهُ . ( الديلمى )
“Seorang ulama yang
tanpa amalan seperti lampu membakar dirinya sendiri (berarti amal perbuatan
harus sesuai dengan ajaran-ajarannya) (al-Daylami)
Orang yang tidak
mengamalkan ilmunya dikatakan sebagai lampu yang membakar dirinya sendiri.
14. إِنَّ مِنْ إِجْلاَلِ اللَّهِ ، إِكْرِامَ الْعِلْمِ وَ الْعُلَمَاءِ ، وَذِى الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ ، وَإِكْرَامَ حَمَلَةَ الْقُرْاَنِ وَ أَهْلِهِ ، وَ إِكْرَامَ السُّلْطَانِ الْمُقْسِطِ . ( ابوداود والطوسى )
“Termasuk
mengagungkan Allah ialah mengormati (memuliakan) ilmu, para ulama, orang tua
yang muslim dan para pengemban Al-Qur’an dan ahlinya, serta penguasa yang adil
(Abu Dawud, dan al-Thusiy)
Orang yang memuliakan
ilmu ialah orang yang meng-Agungkan Allah.
15. اِنَّ اللَّهَ لاَيَقْبِضُ الْعِلْمَ اَنْتِزَاعًا يَنْتَزْعُهُ مِنَ النَّاسِ ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ ، حَتَّى اِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا ، اِتَّخَذَ النَّاسُ رُؤَسَاءَ جُهَّالاً ، فَسُئِلُوْا فَأَفْتَوْ بِغَيْرِ عِلْمٍ ، فَضَلُّوْا وَ اَضَلُّوْا . ( متفق عليه )
“Sesungguhnya Allah
tidak menahan ilmu dari manusia dengan cara merenggut tetapi dengan mewafatkan
para ulama sehingga tidak tersisa seorang alim. Dengan demikian orang-orang
mengangkat pemimpin-pemimpin yang dungu lalu ditanya dan dia diberi fatwa tanpa
ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan (Bukhari , Muslim)
Orang yang tak
berilmu ialah orang yang sesat dan menyesatkan.
16. قَلِيْلُ الْعِلْمِ خَيْرٌ مِنْ كَثِيْرِ الْعِبَادَةِ ، وَكَفَى بِالْمَرْءِ فِقْهًا إِذَا عَبَدَ اللَّهَ وَكَفَى بِالْمَرْءِ جَهْلاً إِذَا أُعْجِبَ بِرَأْيِهِ . ( الطبرانى )
“Sedikit ilmu itu
lebih baik dari banyak ibadah, cukup bagi seorang pengetahuan fiqihnya jika dia
mampu beribadah kepada Allah (dengan baik) dan cukup bodoh bila seorang merasa
bangga (ujub) dengan pendapatnya sendiri.” (Al-Thabraniy)
Ibadah yang sudah
kita laksanakan harus melebihi ilmu yang sudah kita cari.
17. تَجَاوَزُوْا عَنْ ذَنْبِ السَّخِيِّ وَزَلَّةِ الْعَالِمِ وَسَطْوَةِ السُّلْطَانِ الْعَادِلِ ، فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى اَخِذٌ بِيَدِهِمْ كُلَّمَا عَثَرَعَاشِرٌ مِنْهُمْ . ( البخارى )
“Maafkanlah dosa
orang yang murah hati, kekeliruan seorang ulama dan tindakan seorang penguasa
yang adil. Sesungguhnya Allah Ta’ala membimbing mereka apabila ada yang
tergelincir.” (Bukhari)
Allah akan
memaafkan dosa rang yang mencari/mengamalkan ilmu.
18. تَنَاصَحُوْا فِى الْعِلْمِ ، وَلاَ يَكْتُمْ بَعْضُكُمْ بَعْضُا ، فَإِنَّ خِيَانَةً فِى الْعِلْمِ أَشَدُّ مِنْ خِيَانَةٍ فِى الْمَالِ . ( ابو نعيم )
“Saling berlakulah
jujur dalam ilmu dan jangan saling merahasiannya. Sesungguhnya berkhianat dalam
ilmu pengetahuan lebih berat hukumannya dari pada berkhianat dalam harta.” (Abu
Nu’ai)
Berkhianat dalam
ilmu lebih berat dari berkhianat dalam harta.
MAFAAT ILMU BAGI MANUSIA
Dengan ilmu manusia diberikan kewenangan
untuk menjadi khalifah di muka bumi. Hal ini tercermin dalam Al-Qur-an surat
Al-Baqarah ayat 31-32
وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ
صَادِقِينَ
, قَالُوا
سُبْحَانَكَ
لا عِلْمَ لَنَا إِلا مَا
عَلَّمْتَنَا
إِنَّكَ
أَنْتَ
الْعَلِيمُ
الْحَكِيمُ
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang
orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak
ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."
Ilmu dalam hal ini merupakan sebuah jalan
nyata untuk mewujudkan kehidupan dunia yang sejahtera. Dengan modal pengetahuan
tentang potensi benda-benda yang ada di dunia, manusia bisa memanfaatkannya
untuk memenuhi segala macam hajat dari mulai sandang, papan dan pangan.
Ilmu mengantarkan manusia kepada
ma’rifatullah, sebagaimana tersirat dalam surat Al-Alaq ayat 1-5
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ , خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ
, اقْرَأْ
وَرَبُّكَ
الأكْرَمُ
, الَّذِي
عَلَّمَ
بِالْقَلَمِ
, عَلَّمَ
الإنْسَانَ
مَا لَمْ يَعْلَمْ
1.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan, 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Al-Alaq:
1-5)
c. Orang yang berilmu akan diangkat
derajatnya oleh Allah Swt sebagaimana tercermin dalam surat Al-Mujaadilah ayat
11
…يَرْفَعِ
اللَّهُ
الَّذِينَ
آمَنُوا
مِنْكُمْ
وَالَّذِينَ
أُوتُوا
الْعِلْمَ
دَرَجَاتٍ
وَاللَّهُ
بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Orang yang berilmu tidak akan pernah menjadi
atheis karena ilmu pada hakikatnya diciptakan untuk menjadikan manusia hamba
yang bersyukur atau dalam tafsir jalalain agar manusia beriman kepada Allah
Swt. Hal ini nampak jelas dalam Al-Qur’an surat Al-Nahl ayat 78
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
MENGAPA MENCARI ILMU WAJIB BAGI MANUSIA ?
Karena, Agama Islam sangat
memperhatikan pendidikan untuk mencari ilmu pengetahuan karena dengan ilmu
pengetahuan manusia bisa berkarya dan berprestasi serta dengan ilmu, ibadah
seseorang menjadi sempurna. Begitu pentingnya ilmu, Rasulullah saw. mewajibkan
umatnya agar menuntut ilmu, baik laki-laki maupun perempuan.
Umat Islam wajib menuntut ilmu
yang selalu dibutuhkan setiap saat. Ia wajib shalat, berarti wajib pula
mengetahui ilmu mengenai shalat. Diwajibkan puasa, zakat, haji dan sebagainya,
berarti wajib pula mengetahui ilmu yang berkaitan dengan puasa, zakat, haji,
dan sebagainya sehingga apa yang dilakukannya mempunyai dasar. Dengan ilmu
berarti manusia mengetahui mana yang harus dilakukan mana yang tidak boleh,
seperti perdagangan, batas-batas mana yang boleh diperbuat dan mana yang
dilarang.
Menuntut ilmu tidak hanya
terbatas pada hal-hal ke akhiratan saja tetapi juga tentang keduniaan. Jelaslah
kunci utama keberhasilan dan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat
adalah ilmu.
Nama : Rifaldi Taufik Ridwan
Kelas : IX C
Sekolah : SMPN 2 Lembang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar